Apakah Waktu Universal Itu Ada?
Dalam kehidupan sehari-hari, kita terbiasa menyinkronkan waktu berdasarkan jam: waktu Jakarta berbeda dengan waktu London, dan demikian pula dengan Tokyo atau New York. Namun, muncul pertanyaan mendalam dalam fisika modern: apakah sebenarnya ada yang disebut waktu universal, waktu yang sama bagi semua titik di alam semesta?
Pandangan Klasik: Waktu Adalah Absolut
Sebelum abad ke-20, dalam kerangka fisika Newtonian, waktu dianggap mutlak dan universal. Artinya, waktu mengalir dengan laju yang sama di seluruh alam semesta, terlepas dari posisi atau kecepatan pengamat. Konsep ini sederhana dan cocok dengan pengalaman sehari-hari manusia.
Namun, pandangan ini berubah drastis dengan munculnya teori relativitas.
Pandangan Modern: Waktu Itu Relatif
Pada tahun 1905, Albert Einstein memperkenalkan Teori Relativitas Khusus, yang membuktikan bahwa waktu tidak bersifat universal. Ia bergantung pada:
-
Kecepatan pengamat
-
Gravitasi yang dirasakan
Dalam kerangka ini, dua pengamat yang bergerak dengan kecepatan berbeda atau berada dalam medan gravitasi berbeda akan mengalami laju waktu yang berbeda. Fenomena ini disebut dilatasi waktu (time dilation).
Contohnya, waktu berjalan lebih lambat bagi satelit GPS di orbit dibandingkan dengan jam di permukaan bumi. Perbedaan ini harus dikoreksi agar navigasi tetap akurat.
Implikasi Kosmologis
Dalam skala alam semesta, fisikawan menggunakan konsep "waktu kosmik" untuk menyatakan umur alam semesta (sekitar 13,8 miliar tahun), dihitung dari pengamat diam relatif terhadap ekspansi alam semesta. Namun, ini bukan waktu universal dalam arti semua pengamat sepakat. Ini hanyalah sistem koordinat khusus.
Kesimpulan
Secara fisika modern, waktu universal tidak ada. Setiap pengamat memiliki waktunya sendiri, tergantung pada posisi dan gerakannya dalam ruang-waktu. Konsep waktu mutlak hanya relevan dalam pandangan klasik. Di alam semesta yang melengkung dan dinamis, waktu bersifat relatif—bukan seragam untuk semua.